Arca Thiruwalluwar Pertama di Indonesia Hadir di Kuil Sri Raja Rajesweri Amman di Padang Cermin, Sumatera Utara


Medan, Suaraperjuangan.co.id
- Kuil Sri Raja Rajesweri Amman, Padang Cermin dan Hotel Le Polonia Medan telah menjadi tempat  diselenggarakannya   “Conference on Tamil Heritage, Culture, Education and Economics,” atau yang juga dirayakan sebagai “Cultural, Literary and History Festival,” selama tiga hari mulai tanggal 9 Agustus 2024. 


Kegiatan ini didukung dan disponsori sepenuhnya oleh Mitra Jaya Group, pimpinan Bapak Drs. K Gowindasamy  dan Kalimas Group yang didirikan  oleh Alm Bapak RK Sanggar Linggam dan dilanjutkan benderanya dengan berbagai usaha oleh putra-putra almarhum, yakni: Dr S. Saunderajen, Bapak S. Sunderajen dan DR (c) S Siwaji Raja, ST, M.Sos.  Acara juga terselenggara dengan adanya pembahasan kerjasama secara virtual  dan koordinasi teknis di lapangan yang sangat baik dan erat antara World Tamil Siragam yang  berkantor di Paris dan Singapura, PHDI Sumut dan PHDI kota Medan.


Program ini merupakan kegiatan warga Tamil pertama di Medan yang bersifat internasional karena melibatkan partisipasi wakil-wakil etnis Tamil dari berbagai negara di dunia, tepatnya 16 negara, termasuk  India, Norwegia, Belanda, Perancis, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Sri Lanka, Uni Arab Emirat dan Kuwait, yang kesemuanya berjumlah 80 orang.


Arca seberat 3 ton, setinggi 182 cm yang terbuat dari batu hitam didatangkan secara khusus dari Tamil Nadu, India, ke Medan sebagai suatu hadiah yang agung untuk warga Tamil di Medan dan ditempatkan dalam kompleks kuil Sri Raja Rajeshwari Amman di Padang Cermin, Kabupaten Langkat, Sumut. Ini adalah arca Thiruwalluwar pertama di Indonesia yang didedikasikan khusus untuk warga Indonesia khusus untuk warga Tamil Indonesia dan umumnya untuk warga Indonesia. 


Thirukkural diakui secara luas karena  sifat universalitas dan kesekulerannya, dengan perkataan lain, Thirukkural tidak terkait dengan suatu ajaran agama tertentu. Implikasi ideologisnya secara umum adalah bahwa seseorang harus memperoleh kekayaan (artha) melalui cara-cara yang benar (dharma) sehingga kenikmatan (kama) terwujud melalui hal-hal yang mengarah pada pencerahan (moksha).


Ajaran yang terdapat dalam Thirukkural tetap sangat relevan hingga zaman sekarang. Penekanannya pada perilaku etis, keadilan sosial, dan integritas pribadi diterima oleh banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat dan menjadikannya sebagai sumber kebijaksanaan yang tak lekang oleh waktu. 


World Tamil Siragam yang pengurusanya berpusat di Paris merupakan perkumpulan warga Tamil dunia yang mayoritas  terbang (Siragam = Sayap) dari India ke berbagai negara di dunia, namun tetap berpikir dan berkomitmen untuk memajukan peradaban Tamil, khususnya seni, budaya dan bahasa Tamil karena kekunoan, kekayaan dan keunikannya. 


Pada awalnya setelah mengetahui secara lisan tentang sejumlah hal mengenai warga Tamil di Indonesia yaitu sekitar empat bulan lalu,  beberapa warga Tamil dari Singapura, Belanda, dan Swedia, sebagai wakil-wakil dari World Tamil Siragam (WTS) datang ke Indonesia untuk mengetahui secara langsung tentang keberadaan penduduk Tamil di Indonesia, khususnya di Medan, dan sejumlah hal historis dan kultural terkait kedatangan mereka dahulu di zaman Belanda dan kehidupan mereka hingga saat ini. 


Teman-teman dari PHDI Propinsi Sumut dan PHDI Kotamadya Medan menerima kedatangan mereka dan menjawab sejumlah pertanyaan yang mereka ajukan. Mereka merasa banyak warga Tamil di dunia yang belum mengetahui keberadaan etnis Tamil di Indonesia. Banyak orang tahu bahwa warga Tamil hanya ada hingga Malaysia dan Singapura dan kemudian mereka melompat misalnya ke Australia, Selandia Baru dan Fiji. Kesan ini dirasakan oleh pihak WTS tidak semestinya berketerusan di zaman ini  dan karenanya untuk segera memperkenalkan warga Tamil Indonesia secara lebih luas ke negara-negara lain, mereka  menetapkan  Indonesia dan khususnya Medan menjadi tempat pertemuan WTS kedua setelah pertemuan pertama mereka di Paris, Perancis. 


Kuil Sri Raja Rajesweri Amman di Kabupaten Langkat, Padang Cermin, dibangun oleh Alm Bapak Sanggar Linggam pada tahun 1980an dan sekitar 14 tahun yang lalu selama hampir dua tahun berikutnya beliau membangun Arca (Pratima)  Dewa Murugan setinggi 18m yang merupakan arca Murugan tertinggi di Indonesia yang juga dikukuhkan dengan sertifikat MURI. 


Saat ini banyak wisatawan asing yang singgah ke Kuil Sri Raja Rajesweri Amman untuk melihat pratima Dewa Murugan yang berdiri dengan indahnya di sana dalam tampilan kilat keemasan. Di samping untuk persembahyangan, Dewa Murugan disini juga menjadi obyek wisata yang tentunya menjadi kebanggaan bukan hanya warga Hindu tetapi semua penduduk Sumatera Utara dan bahkan seluruh Indonesia.    


Ada berbagai rencana kerjasama ke depan yang telah dirancang sebagai hasil dari festival ini, khususnya dalam memajukan bahasa dan seni budaya Tamil, termasuk hal-hal terkait Tattwa (filsafat) dan ritual agama Hindu di kalangan warga Tamil Indonesia yang telah lanjut mendiami Nusantara selama hampir enam atau tujuh generasi. 


Suatu hal signifikan lain yang dicanangkan pada saat seminar di hari kedua adalah pembentukan Indonesia Tamil Siragam (ITS) sebagai wahana untuk menghubungkan atau menjembatani berbagai rencana dan pemikiran baik ke mitra Tamil Siragam di India maupun Tamil Siragam di negara-negara lain di dunia demi terlaksananya berbagai kegiatan dan tindak lanjut yang direncanakan bagi kemajuan warga tamil Indonesia. 


Salah satu hal yang signifikan dalam penyelenggaraan Conference on Tamil Heritage, Culture, Education and.                 Economics, di kota Medan, tanggal 9-11 Agustus 2024, adalah upaya untuk mengangkat kembali bahasa Tamil di kalangan warga  Tamil Sumut yang kebanyakan mungkin telah terlena dengan hiruk pikuk keseharian sejak bertahun-tahun lalu sehingga membiarkan kehebatan bahasa Tamil terselimut rapi di suatu sudut. 


Tabir ini kembali dibuka oleh Prof A Manavazhagan dan Ibu Mangaiyarkarasi dari Tamil Nadu, India, yang datang di Medan untuk berpartisipasi pada konferensi yang juga disebut sebagai Cultural, Literary Art and History Festival. Kehadiran mereka di sekolah Guru Bhakti untuk membuka kembali kelas bahasa Tamil merupakan program pertama World Tamil Siragam yang dilaksanakan hanya beberapa jam setelah mereka tiba di Bandara Kuala Namu.    


Sekitar 50 anak yang bermukim di wilayah Jalan Pasundan dan sekitarnya, termasuk dari Kannan Learning Centre (KLC) di Jalan Sunggal No 244, asuhan Bapak Niland Meagand, bersama guru-guru, Miss Mala, Miss Priya dan Sir David hadir pada kesempatan ini.  Miss Vijaya Gandhi, sebagai guru yang mengajarkan bahasa Tamil untuk sekitar  45 murid di Jakarta juga datang ke Medan secara khusus  karena kecintaannya untuk menghidupkan kembali bahasa Tamil di kalangan generasi muda. Buku Periya Arichuwadi yang disumbangkan oleh Indonesia Tamilar Vaalibar Sangam yang beralamat di Jalan Darat juga telah dibagikan kepada semua murid yang hadir . 


STM Guru Bhakti didirikan pada tahun 1964 dan banyak sudah guru-guru yang berkiprah di sini. Sesuai nama sekolah, semua warga Tamil di wilayah ini telah berbakti dan berterima kasih kepada para guru mereka atas ilmu yang diperoleh. Saat ini, setelah pembukaan kembali pada tanggal 9 Agustus 2024,  anak-anak  akan melanjutkan pelajaran bahasa Tamil di Guru Bhakti mulai tanggal 17 Agustus 2024 dan seterusnya pada setiap hari Sabtu, pukul 16.30 – 18.00 WIB.   


Sebagai informasi, konferensi berskala internasional yang melibatkan sekitar 80 peserta dari 16 negara, termasuk India, Norwegia, Belanda, Perancis, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Sri Lanka, Uni Arab Emirat dan Kuwait ini dilaksanakan utk pertama kalinya di Tanah Air. 


Kegiatan selama tiga hari ini yang didukung dan disponsori sepenuhnya oleh Mitra Jaya Group dan Kalimas Group  terselenggara berkat kerjasama dan koordinasi yang sangat baik dan erat antara berbagai pihak, yakni World Tamil Siragam yang  berkantor di Paris dan Singapura, PHDI Sumut dan PHDI kota Medan. 


Ada berbagai rencana kerjasama ke depan yang telah dirancang dalam  konferensi ini, khususnya dalam memajukan bahasa dan seni budaya Tamil, termasuk hal-hal terkait Tattwa (filsafat) dan ritual agama Hindu di kalangan warga Tamil Indonesia yang telah lanjut mendiami Nusantara selama hampir enam atau tujuh generasi. (Red) 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama