Refleksi Mahasiswa atas Arah Pembangunan Nasional dan Implementasi Asta Cita Presiden RI
Sekretaris Pusat BEM Nusantara
---
**Pendahuluan: Mimpi Besar di Tengah Realita Bangsa**
Indonesia sedang menatap tahun 2045 dengan satu harapan besar: menjadi bangsa emas di usia seabad kemerdekaannya. Pemerintah, melalui Presiden Republik Indonesia, telah menyusun *Asta Cita*—delapan cita-cita pembangunan nasional—yang digadang-gadang menjadi fondasi menuju *Indonesia Emas 2045*. Di atas kertas, arah itu penuh semangat. Namun di lapangan, mahasiswa dan masyarakat merasakan bahwa realisasi cita-cita ini bukan tanpa tantangan dan potensi penyimpangan.
Mahasiswa hadir bukan sebagai lawan, tetapi sebagai penjaga harapan. Sebagai Sekretaris Pusat BEM Nusantara, saya mengajak seluruh elemen bangsa untuk melihat: apakah jalan menuju *Indonesia Emas* sedang ditempuh dengan arah yang benar? Ataukah kita diam-diam sedang mengarah pada *Indonesia Cemas*, jika cita-cita mulia ini tidak dibarengi dengan komitmen moral, keadilan sosial, dan keberanian mendengar suara rakyat?
---
**Asta Cita: Delapan Janji Menuju Masa Depan**
*1. Memperkuat Demokrasi dan Negara Hukum*
Asta Cita pertama menjanjikan demokrasi yang sehat dan supremasi hukum. Namun dalam praktiknya, kita masih menghadapi ruang kritik yang sempit, kriminalisasi terhadap aktivis, dan ketimpangan akses keadilan. Jika demokrasi hanya menjadi instrumen prosedural, bukan partisipatif, maka masyarakat akan kehilangan kepercayaan. Mahasiswa mendesak agar pemerintah membuka ruang diskusi, memperkuat KPK, dan menjamin perlindungan terhadap pembela HAM.
*2. Mewujudkan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Produktivitas*
Transformasi ekonomi dijanjikan melalui hilirisasi, ekonomi digital, dan kemandirian industri. Namun mahasiswa melihat hilirisasi belum sepenuhnya adil: sumber daya dieksploitasi, tapi nilai tambah justru lari ke luar negeri. Tanpa keberpihakan pada UMKM dan petani lokal, ekonomi hanya akan tumbuh di atas kaki oligarki. Kami mendorong kebijakan ekonomi yang inklusif dan berbasis potensi daerah.
*3. Mengembangkan SDM Berkualitas dan Berdaya Saing*
Bonus demografi adalah peluang emas. Tapi angka pengangguran terdidik meningkat, banyak mahasiswa putus kuliah karena biaya, dan pendidikan tinggi belum merata. Akses dan mutu pendidikan masih menjadi tantangan serius. Pemerintah harus berani berinvestasi lebih dalam beasiswa, fasilitas kampus, serta link-and-match antara kampus dan dunia kerja.
*4. Pemerataan Pembangunan Wilayah dan Infrastruktur*
Pembangunan infrastruktur terus berjalan, tapi mahasiswa mempertanyakan: apakah pembangunan itu memperkecil atau memperlebar kesenjangan? Apakah jalan tol, bendungan, dan proyek strategis melibatkan masyarakat lokal? Banyak konflik agraria muncul karena rakyat tak diajak bicara. Mahasiswa meminta agar pembangunan tidak hanya “fisik” tapi juga “sosial.”
*5. Memperkuat Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan*
Birokrasi yang efisien dan bersih adalah fondasi negara maju. Tapi di berbagai daerah, pelayanan publik masih lamban dan koruptif. Digitalisasi harus dibarengi dengan integritas. Pemerintah juga perlu membuka ruang bagi pemuda untuk masuk ke birokrasi, agar ada regenerasi dan inovasi.
*6. Memperkuat Ketahanan Sosial Budaya dan Ideologi Bangsa*
Budaya lokal dan ideologi Pancasila harus menjadi penguat, bukan sekadar simbol. Mahasiswa mendorong agar pendidikan karakter bukan hanya wacana, tetapi menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional. Kita juga harus waspada terhadap polarisasi sosial akibat politik identitas dan disinformasi digital.
*7. Mewujudkan Lingkungan Hidup Berkelanjutan dan Ekonomi Hijau*
Asta Cita menargetkan ekonomi hijau dan transisi energi. Tapi di banyak wilayah, deforestasi, pencemaran, dan konflik tambang justru meningkat. Mahasiswa mendesak agar proyek energi dan investasi tidak mengorbankan masyarakat adat dan lingkungan. Indonesia Emas harus dibangun di atas keharmonisan manusia dan alam.
*8. Memperkuat Ketahanan dan Kepemimpinan Global Indonesia*
Indonesia ingin berperan aktif dalam diplomasi internasional. Mahasiswa mendukung, tapi mengingatkan: jangan lupakan kepemimpinan moral dalam isu Palestina, perubahan iklim, dan keadilan global. Kepemimpinan global harus mencerminkan nilai kemanusiaan dan solidaritas antarbangsa.
---
**Indonesia Emas atau Indonesia Cemas? Ini Tergantung Kita Hari Ini**
Mahasiswa tidak menginginkan konflik, tetapi menginginkan arah yang jelas dan konsisten. Apakah seluruh kebijakan negara berpihak pada rakyat? Apakah ruang kritik dijaga? Apakah pemuda dilibatkan dalam pengambilan keputusan?
Jika semua sektor bergerak sesuai Asta Cita dengan integritas dan keterbukaan, maka *Indonesia Emas* adalah keniscayaan. Tapi jika visi hanya menjadi narasi, sementara praktik penuh represi dan ketimpangan, maka kita sedang menuju *Indonesia Cemas*—sebuah negeri yang kehilangan arah meski penuh mimpi.
---
**Peran Mahasiswa: Bukan Oposisi, Tapi Penjaga Asa Bangsa**
Sebagai Sekretaris Pusat BEM Nusantara, saya menyampaikan bahwa mahasiswa tidak hanya protes, tetapi hadir dengan gagasan. Kami siap berdialog, memberi masukan, menyusun kajian, dan menyentuh masyarakat lewat pengabdian. Kami tidak ingin hanya didengar saat aksi, tapi juga saat diskusi. Karena 2045 bukan sekadar angka, melainkan pertaruhan masa depan seluruh anak bangsa.
---
**Penutup: Jangan Biarkan Generasi Emas Jadi Generasi Cemas**
Visi *Indonesia Emas 2045* harus menjawab keresahan rakyat hari ini. Jangan biarkan generasi muda tumbuh dalam ilusi. Pemerintah, elite, dan masyarakat harus bersatu menjaga cita-cita luhur ini tetap membumi, tidak hanya indah dalam dokumen, tapi nyata di lapangan.
Mari kita jaga negeri ini bersama. Dengan akal sehat, keberanian moral, dan cinta tanah air, mahasiswa akan terus berdiri sebagai penjaga nurani bangsa. Bukan untuk melawan, tetapi untuk menyelamatkan.
---
**Referensi:**
* Visi Misi Asta Cita Presiden RI 2024–2029
* RPJPN 2025–2045 (Bappenas RI)
* Kajian BEM Nusantara: Pendidikan, Lingkungan, dan Ekonomi Rakyat
* Komnas HAM RI, Laporan Kebebasan Sipil 2025
* Data BPS, Bappenas, dan LIPI tahun 2025
إرسال تعليق