Biografi Muhammad Sardani: Dari Kampung Bingai Menuju Panggung Nasional


Langkat, Suaraperjuangan.co.id -
Muhammad Sardani adalah sosok pemuda yang lahir dan tumbuh di tengah suasana religius dan kultural masyarakat Kampung Bingai, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Sebagai anak desa, ia menjalani kehidupan sederhana, namun penuh dengan nilai-nilai keislaman, kekeluargaan, dan semangat belajar. Sejak kecil, Sardani telah memperlihatkan bakat kepemimpinan dan kepedulian sosial yang kemudian membawanya menapaki jejak panjang dalam dunia organisasi mahasiswa, advokasi pemuda, dan isu-isu pembangunan daerah.


Latar Belakang Pendidikan


Muhammad Sardani memulai pendidikannya di SD Negeri 050674 Bingai, sebuah sekolah dasar negeri yang terletak di tengah komunitas agraris. Di sanalah ia pertama kali diperkenalkan dengan nilai-nilai dasar kebangsaan, logika berpikir, serta pendidikan karakter. Guru-guru yang membimbingnya dikenal dekat dengan murid, dan suasana belajar diwarnai dengan kesederhanaan khas desa.


Namun titik penting dalam pembentukan karakter dan spiritualitas Sardani justru terjadi ketika ia memasuki jenjang pendidikan menengah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sinar Islami Bingai, kemudian dilanjutkan di Madrasah Aliyah (MA) Sinar Islami Bingai. Lembaga pendidikan Islam ini merupakan bagian penting dari masyarakat Kampung Bingai dan sekitarnya—sebuah madrasah yang tidak hanya fokus pada pembelajaran akademik, tetapi juga pada penanaman nilai-nilai keislaman, akhlak, serta semangat perjuangan.


Di Sinar Islami Bingai, Sardani aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan kepemudaan. Ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seperti muhadharah (pidato), diskusi keagamaan, organisasi pelajar intra madrasah (OSIM), serta berbagai perlombaan dakwah dan karya tulis. Lingkungan madrasah yang berbasis pesantren turut membentuk kepribadian Sardani yang disiplin, spiritual, serta berpikir kritis terhadap kondisi sosial di sekitarnya.


Madrasah ini juga dikenal dengan kebiasaan mengintegrasikan pelajaran diniyah (keagamaan) seperti tafsir, fikih, hadis, dan bahasa Arab, dengan mata pelajaran umum seperti matematika, sains, dan sejarah. Hal ini memberikan landasan berpikir ganda: antara nilai-nilai wahyu dan nalar duniawi, yang menjadi bekal kuat bagi Sardani saat memasuki dunia organisasi.


Dunia Kampus dan Organisasi


Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, Sardani melanjutkan studi ke STAI Syekh H. Abdul Halim Hasan Al-Ishlahiyah Binjai—sebuah kampus Islam terkemuka di Sumatera Utara. Di sinilah ia meneguhkan perannya sebagai intelektual muda sekaligus aktivis kampus. Sardani dipercaya menjabat sebagai Presiden Mahasiswa, posisi yang menjadi titik awal pengabdiannya dalam memperjuangkan aspirasi mahasiswa dan rakyat kecil.


Selain aktif di internal kampus, Sardani juga terlibat dalam organisasi eksternal. Ia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Binjai, dan saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Pemuda. Kiprahnya di HMI semakin memperkuat jaringan dan pengaruhnya dalam gerakan pemuda nasional.


Karier organisasinya terus menanjak. Ia dipercaya menjadi Sekretaris Daerah BEM Nusantara Sumatera Utara, kemudian naik menjadi Koordinator Daerah dalam periode yang sama—sebuah bukti pengakuan terhadap dedikasi dan kapasitasnya dalam memimpin. Tak berhenti di situ, Sardani melangkah lebih jauh hingga dipercaya sebagai Sekretaris Pusat (SEKPUS) BEM Nusantara untuk periode 2024–2025. Peran ini menjadikan Sardani sebagai representasi suara mahasiswa dari desa hingga ke pusat kekuasaan nasional.


Gagasan, Spiritualitas, dan Gaya Kepemimpinan


Muhammad Sardani dikenal sebagai pemuda yang lugas, religius, dan memiliki semangat perubahan yang kuat. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci utama untuk membebaskan masyarakat dari ketertinggalan, terutama di desa. Dalam banyak kesempatan, ia menyampaikan pentingnya pemuda desa untuk bangkit dan percaya diri, karena mereka juga memiliki hak untuk menentukan arah bangsa.


Dalam kesehariannya, Sardani sering mengutip ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis sebagai inspirasi perjuangan. Salah satu kutipan favoritnya berbunyi:


> "Bagaimana aku takut miskin, sedangkan aku adalah hamba dari Yang Maha Kaya."


Kutipan ini bukan sekadar motivasi spiritual, tetapi juga semacam filosofi hidup yang membentuk kepercayaannya dalam menghadapi tantangan sosial dan ekonomi.


Ia juga dikenal sebagai pemikir reflektif yang kerap membagikan pemikiran melalui media sosial. Dalam salah satu unggahan refleksi akhir tahun, ia menulis:


> "Selama kamu hidup, teruslah belajar bagaimana caranya hidup."


Ungkapan ini memperlihatkan bagaimana Sardani memandang hidup sebagai ruang belajar tiada henti.


Penghargaan dan Pencapaian


Muhammad Sardani telah menerima berbagai bentuk penghargaan dan pengakuan atas dedikasi dan kontribusinya dalam dunia organisasi, pendidikan, dan sosial kemasyarakatan. Di antaranya:


Presiden Mahasiswa STAI Syekh H. Abdul Halim Hasan Al-Ishlahiyah Binjai – Sebuah kepercayaan yang diberikan oleh mahasiswa sebagai pengakuan atas integritas dan visi kepemimpinannya.


Sekretaris Daerah BEM Nusantara Sumatera Utara – Menjadi bagian dari kepengurusan inti di tingkat provinsi, ia menjalankan tugas administratif dan koordinatif yang krusial dalam membangun sinergi antar kampus.


Koordinator Daerah BEM Nusantara Sumatera Utara – Setelah menunjukkan kinerja yang solid sebagai Sekretaris Daerah, ia dipercaya memimpin seluruh jaringan BEM di Sumatera Utara.


Sekretaris Pusat BEM Nusantara 2024–2025 – Pencapaian nasional ini menegaskan posisinya sebagai salah satu figur muda yang disegani di tingkat mahasiswa Indonesia.


Kepala Bidang PTKP HMI Cabang Binjai – Posisi strategis ini menunjukkan komitmennya dalam membina dan mengorganisasi mahasiswa agar tetap berada dalam garis perjuangan yang kritis dan solutif.


Inisiator Aksi Sosial dan Advokasi Lingkungan – Ia turut menggerakkan mahasiswa untuk turun ke jalan, menyuarakan isu lingkungan dan keadilan sosial di Kota Binjai dan sekitarnya.



Selain penghargaan formal, Sardani dikenal sebagai pembicara dalam berbagai forum mahasiswa, pelatihan kepemudaan, dan seminar nasional. Ia juga sering menjadi narasumber dalam diskusi-diskusi publik terkait pembangunan daerah, krisis pendidikan, dan peran pemuda dalam demokrasi.


Visi Ke Depan


Sebagai pemuda yang telah mengalami langsung kerasnya perjuangan dari desa, Muhammad Sardani memiliki visi besar untuk masa depan. Ia bercita-cita menciptakan ekosistem pendidikan yang merata hingga ke desa-desa terpencil, dengan menekankan pentingnya akses, kualitas, dan keberpihakan terhadap masyarakat kecil.


Dalam berbagai forum, ia menegaskan pentingnya membangun generasi muda yang memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Sardani meyakini bahwa Indonesia yang berkeadilan harus dimulai dari keadilan dalam pendidikan, akses kepemudaan, serta pengakuan terhadap hak-hak sosial masyarakat desa.


Ia juga aktif membangun jejaring dengan pemangku kepentingan di tingkat lokal maupun nasional, dengan harapan mampu menjembatani aspirasi rakyat kepada para pengambil kebijakan. Sardani melihat dirinya sebagai bagian dari generasi transformatif yang ingin membangun Indonesia dari pinggiran—bukan hanya secara geografis, tapi juga secara sosial dan struktural.


Penutup


Muhammad Sardani adalah bukti nyata bahwa pemuda desa, dengan bekal pendidikan agama dan keberanian untuk bermimpi besar, dapat menembus batas-batas geografis dan struktural. Dari lorong-lorong Madrasah Sinar Islami Bingai hingga ruang-ruang strategi nasional, ia membawa misi perubahan dan harapan. Biografinya adalah inspirasi bagi generasi muda yang ingin berbuat lebih, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk umat, bangsa, dan tanah kelahiran.(RA)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama